RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Di Indonesia istilah “kurikulum” baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Istilah kurikulum sering diartikan secara sempit sebagai deretan mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan. Padahal, kurikulum memiliki arti yang sangat luas, yaitu mencakup komponen yang lengkap terdiri dari rumusan tujuan pendidikan suatu lembaga sampai dengan penjabaranya dalam bentuk satuan acara perkuliahan yang akan dilakukan oleh seorang tenaga pengajar sehari-hari. Hilda Taba dalam bukunya Curriculum Development Theory and Practice mengartikan sebagai “a plan for learning”, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran.
2. Tahapan Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum di sekolah harus melalui beberapa tahapan, dalam hal ini ada empat tahapan yang mesti dilalui berikut ini:
1. Tahap perencanaan; di mana pada tahap ini kurikulum perlu dijabarkan sampai menjadi rencana pengajaran.
2. Tahap pengorganisasian dan koordinasi; kepala sekolah pada tahap ini mengatur pembagian tugas mengajar, penyusunan jadwal pelajaran dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
3. Tahap pelaksanaan; dalam tahap ini tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervisi dengan tujuan untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.
4. Tahap pengendalian; di mana dalam tahap ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya dan pemanfaatan hasil evaluasi.
3. Hal-hal yang Menunjang Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut:
1. Tersedianya tenaga pengajar (guru) yang kompeten;
2. Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar yang memadai dan menyenangkan;
3. Tersedianya fasilitas bantu untuk proses belajar mengajar;
4. Adanya tenaga penunjang pendidikan, seperti tenaga administrasi, pembimbing, pustakawan;
5. Tersedianya dana yang memadai;
6. Manajemen yang efektif dan efisien;
7. Terpeliharanya budaya yang menunjang, seperti nilai-nilai religius, moral, kebangsaan dan lain-lain;
8. Kepemimpina pendidikan yang visioner, transparan dan akuntabel.
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kurikulum
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan kurikulum, yaitu:
1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa;
2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber yang ada;
3. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.
B. Manajemen Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Pengelolaan mencakup penerimaan siswa baru, layanan bimbingan dan penyuluhan, pengelolaan siswa di dalam kelas, pengelolaan organisasi siswa intrasekolah dan pengelolaan data tentang siswa.
Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang harus mendapat perhatian berikut ini:
1. siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
2. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
3. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi ranah efektif dan psikomotorik.
C. Manajemen Personalia Sekolah
Pada dasarnya yang dimaksud personalia di sini ialah orang-orang yang melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam konteks lembaga pendidikan atau sekolah dibatasi dengan sebutan pegawai. Oleh sebab itu, personalia di sekolah meliputi unsur guru (tenaga pengajar) dan unsur karyawan (tenaga administratif). Secara lebih terperinci dapat disebutkan keseluruhan personalia sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan penjaga sekolah.
Dilihat dari prosesnya, manajemen personalia sekolah mencakup mulai dari pengadaan, pengangkatan, pembinaan, pengawasan, pemberhentian dan penugasan yang perlu dicermati untuk memeperoleh sistem manajemen personalia yang paling cocok dalam pendidikan dan kalau perlu justru meningkatkan mutu proses pendidikan.
Persoalan manajemen personalia lainnya menyangkut kriteria, pembentukan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan profesi yang mungkin dalam suatu organisasi pendidikan terdiri dari berbagai ragam profesi.
D. Tata Laksana Sekolah
Masalah tata laksana sekolah pada dasarnya cukup kompleks, namun demikian untuk telaah dapat ditelusuri dari berbagai sisi, yaitu dari segi jenis, proses dan pemanfaatanya.
Dari segi jenisnya, secara makro seluruh lingkungan fisik dalam suatu satuan pendidikan yang dirancang untuk memberikan fasilitas dalam proses pendidikan, sepeti rancangan halaman, tata letak gedung, taman, prasarana jalan, tempat parkir dan lain-lain. Sementar itu, secara mikro ada tiga komponen sarana pendidikan yang secara langsung mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran, yaitu buku pelajaran dan perpustakan, peralatan laboratorium beserta bahan praktiknya dan peralatan pendidikan di dalam kelas.
Apabila dilihat dari prosesnya, persoalan tata laksana sekolah berangkat dari desain, penyusunan naskah, standarisasi spesifikasi, penggandaan atau pengadaan distribusi, sampai pada penempatan dalam sekolah yang berkaitan dengan dukungan prasarana yang diperlukan.
Ditinjau dari segi fungsi dan pemanfaatanya, terutama dalam konteks proses pembelajaran, Suharsimi membedakan menjadi tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Lebih jauh Suharsimi menyebutkan bahwa pada garis besarnya tata laksana sekolah meliputi lima hal, yaitu penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencatatan atau pengurusan dan pertanggungjawaban.
E. Manajemen Keuangan
Paling tidak ada tiga persoalan pokok dalam manajemen keuangan, yaitu financing, menyangkut dari mana sumber pembiayaan diperoleh, budgeting, bagaimana dana pendidikan dialokasikan dan accountability, bagaiamana anggaran yang diperoleh digunakan dan dipertanggungjawabkan.
Lahirnya UU Otonomi Daerah (UU Nomor 22 dan 25 tahun 1999, kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 32 dan 33 Tahun 2004) yang diikuti dengan peraturan perundang-undangan lainnya, mempunyai dampak yang besar bagi sistem manajemen keuangan pendidikan di Indonesia. Sumber anggaran pendidikan menjadi semakin kompleks, sistem pengalokasiannya juga melalui berbagai jalur sehingga pengelolaan penggunannya sampai kepada pertanggungjawabanya menjadi semakin kompleks. Sistem pengelolaan pembiayaan pendidikan di pusat, provinsi, kabupaten juga sangat berbeda karena wewenang dan perolehan anggaranya juga berbeda.
F. Organisasi Sekolah
1. Pentingnya Organisasi Sekolah yang Baik
Organisasi dapat diartikan sebagai memberi struktur atau susunan terutama dalam penyusunan atau penempatan orang-orang dalam suatu kelompok, atau berarti juga menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing di dalam struktur yang telah ditentukannya.
Faktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru tidak hanya mengajar saja; juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah semuanya harus bertanggunmg jawab dan diikutsertakan dalam menjalankan roda sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar jangan terjadi overlapping (tabrakan) dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi sekolah yang baik dan teratur. Dengan organisasi sekolah yang baik dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing-masing.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Susunan Organisasi Sekolah
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi perbedan-perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain:
a. Besar kecilnya sekolah
Ada sekolah yang memepunyai banyak murid, banyak guru dan banyak pula ruangan belajarnya, tetapi ada pula yang sebaliknya.
b. Letak sekolah
Letak sekolah atau lingkungan sekolah menetukan tokoh-tokoh masyarakat siapakah yang perlu diikutsertkan di dalam membangun dan membina sekolah itu.
c. Jenis dan tingkatan sekolah
Sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasar tidak sama dengan SLTP/SLTA, dan berbeda pula dengan perguruan tinggi. Tujuan khusus tiap-tiap sekolah yang tidak sejenis itu tidak sama.
3. Contoh Struktur Organisasi Sekolah
Untuk memberikan gambaran dan pengertian yang jelas, perlu dikemukakan suatu susunan organisasi sekolah sebagai contoh.
Organisasi sekolah yang agak besar (SLTP/SLTA)
Pimpinan
(Kep.Sekolah)
Sekretariat/
Tata Usaha sek.
Dewan Guru
Urusan Urusan Urusan Urusan
Bimb. & Peny. Kur./Pengj. Kes./Sosial Gedung/Perlengk.
Wali-wali kelas/
Guru-guru
Siswa
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo, 2007
Nasution, S., Asas-asas kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara, 1995
Purwanto, M. Ngalim, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar