Mukhajat Askhori
1. Karena kita tahu bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, Jean Peaget mengemukakan ada empat tahap perkembanagan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara berurutan mulai dari bayi hingga dewasa:
1. Tahap Sensori Motor: 0-2 tahun
2. Tahap Pra Operasi: 2-7 tahun
3. Tahap Operasi Konkrit: 7-11 tahun
4. Tahap Operasi Formal: 11 ke atas.
Dari tahap-tahap perkembanagan di atas kita dapat mengambil perbandingan antara tahap pra operasi dengan tahap operasi konkrit. Pada tahap pra operasi, di mana pada tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehinnga jika ia melihat objek-objek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dan lain-lain. Selain itu, ciri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan. Sehingga pada tahap ini anak lebih pantas masuk ke play group dan taman kanak-kanak (TK).
Kemudian pada tahap operasi konkrit, anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di sekolah dasar (SD), dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menngunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Kesimpulan pada tahap ini adalah bahwa anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
2. Meskipun shalat tidak diwajibkan atas anak-anak kecil, namun hendaklah mereka disuruh shalat apabila mereka sudah mencapai umur tujuh tahun, dan hendaklah mereka dihardik lantaran tidak mau mengerjakan shalat, apabila umur mereka sudah mencapai sepuluh tahun, dimaksudkan agar mereka terlatih mengerjakannya. Karena pada masa ini oleh orang tua juga disebut masa menyulitkan karena anak-anak tidak mau lagi menurut perintah, mereka lebih banyak dipengaruhi oleh teman-temannya daripada orang tua dan anggota keluarganya sendiri. Diberitakan oleh Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim dari Amir bin Syu’aib bahwa Rasulullah saw bersabda:
عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ
“Ajarilah anak-anakmu mengerjakan shalat apabila mereka sudah berumur tujuh tahun dan pukulah mereka yang meninggalkanya apabila umur mereka sudah sampai sepuluh tahun”.
Dan juga pada masa ini (7-8 sampai 11-12 tahun) ditandai oleh:
- Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian,
- Pandangan dan faham ke-Tuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber kepada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya, dan
- Penghayatan secara rohaniah makin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
3. Salah satu teori yang sangat terkenal dari pendekatan sosiokultural adalah Teori Bioekologi dari Urie Bronfenbrenner. Teori ini menggambarkan tentang tingkatan interaksi yang dapat mempengaruhi perkembangan individu. Menurutnya perkembangan terjadi melalui proses interaksi yang regular, aktif, dua arah antara individu dan lingkungan sehari-harinya. Proses ini terjadi dalam
1. Mikrosistem
Merupakan sistem terdekat dengan individu, dimana individu terlihat dalam interaksi dua arah denagan orang lain dalam basis kehidupan sehari-hari dan menjadi agen sosialisasi. Sistem ini terdiri dari keluarga (orang tua), teman sebaya, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan tempat ibadah.
2. Mesosistem
Merupakan sistem yang menghubungkan dua atau lebih mikrosistem dimana individu telibat di dalamnya. Misalnya: hubungan antara keluarga dengan taman sebaya, terjadi konflik nilai-nilai yang ditanamkan orang tua dengan nilai-nilai teman sebayanya. Dalam sistem ini dapat terlihat sikap dan perilaku yang berbeda dari satu individu dalam setting lingkungan yang berbeda.
3. Eksosistem
Terdiri dari dua atau lebih sistem yang saling berhubungan, namun tidak mempengaruhi individu secara langsung.
4. Makrosistem
Merupakan sistem dari pola-pola kebudayaan yang mencakup seluruh mikro, meso dan eksosistem masyarakat seperti sistem perekonomian dan budaya (kapitalisme, sosialisme).
5. Kronosistem
Menunjukkan derajat kestabilan dan perubahan dalam dunia dimana individu berada. Misalnya perubahan komposisi keluarga hingga perubahan dalam lingkup yang lebih besar seperti peperangan, mobilitas kelas sosial.
5. 1. Operasional Formal
Operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari infomasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
2 Egosentrisme Naif
Egosentris atau paham mementingkan diri sendiri itu adalah sifat yang buruk, dan dimiliki seseorang karena atribut tersebut dikehendaki dan disadari benar, karena selalu mengutamakan kepentingan sendiri.
Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer atau sementara; senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya. Oleh karena itu setiap anak di bawah usia 3 tahun hampir selalu bersikap egosentris naif, betapapun beragamnya sifat pembawaan masing-masing. Dia belum bisa memahami, bahwa suatu peristiwa tertentu itu bagi orang lain mempunyai arti yang lain sekali, berbeda dengan pengertian anak tersebut.
3. Chronosystem
Chronosystem merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner. Sistem ini meliputi dimensi waktu yang terkait dengan lingkungan seseorang. Elemen yang ada pada sistem ini bisa jadi eksternal, seperti saat kematian orang tua atau internal, seperti perubahan-perubahan psikologis yang terjadi bersamaan dengan bertambahnya usia seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar