Minggu, 08 April 2012

HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR



A.  Turunnya Al-Qur’anul Karim
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril a.s. sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. As-Syu’ara: 193-195
tAttR ÏmÎ/ ßyr9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ   4n?tã y7Î7ù=s% tbqä3tGÏ9 z`ÏB tûïÍÉZßJø9$# ÇÊÒÍÈ   Ab$|¡Î=Î/ <cÎ1ttã &ûüÎ7B ÇÊÒÎÈ  
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
195. Dengan bahasa Arab yang jelas.

B.  Bagaimana Caranya Al-Qur’an Diturunkan?
Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap:
1.    Dari Lauhil Mahfuz ke sama’ (langit) dunia secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar.
2.    Dari sama’ dunia ke bumi secara bertahap dalam masa dua puluh tiga tahun.

a.    Penurunan Pertama
Pada malam Lailatul Qadar diturunkanlah Al-Qur’an secara sempurna ke Baitul Izzah di langit pertama. Hal ini berdasarkan nash dalam Q.S. Ad-Dukhan: 1-3.
üNm ÇÊÈ   É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ   !$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ƒÍÉZãB ÇÌÈ  
1. Haa miim[1368].
2. Demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
3. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

[1368] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
[1369] Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.

Kemudian dalam Q.S. Al-Qadr: 1-2.
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ   !$tBur y71u÷Šr& $tB ä's#øs9 Íôs)ø9$# ÇËÈ  
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].
2. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?

[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.

Dan juga dalam Q.S. Al-Baqarah: 185.
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky­ ãNä3YÏB tök¤9$# çmôJÝÁuŠù=sù ( `tBur tb$Ÿ2 $³ÒƒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$­ƒr& tyzé& 3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ  
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Pada malam Lailatul Qadar, Al-Qur’an diturunkan pada tahap pertama, yaitu diturunkan ke Baitul Izzah di langit pertama. Hal ini karena Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi dalam masa yang panjang, yaitu selama masa kerasulan 23 tahun dan diturunkan tidak hanya pada bulan Ramadhan, tetapi juga pada bulan selainnya.




b.    Penurunan Kedua
Penurunan tahap yang kedua adalah dari langit pertama ke dalam lubuk hati Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur, yaitu selama 23 tahun sejak kebangkitannya sebagai Rasul sampai beliau wafat.
Alasan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur terdapat dalam Q.S. Al-Isra’: 106.
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s? ÇÊÉÏÈ  
106. Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.

Dan juga terdapat dalam Q.S. Al-Furqan: 32.
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ  
32. Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

[1066] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.

C.  Hikmah Turunnya Al-Qur’an Berangsur-angsur
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mengandung hikmah yang nyata serta rahasia mendalam yang hanya diketahui oleh orang-orang yang alim atau pandai. Di sini kami simpulkan garis besarnya sebagai berikut.
1.    Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi celaan dari orang-orang musyrik.
2.    Meringankan Nabi Muhammad SAW dalam menerima wahyu
3.    Mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin
4.    Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi
5.    Sejalan dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas kejadian itu
6.    Petunjuk terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanya Al-Qur’an diturunkan dari Zat yang Maha Bijaksana lagi Terpuji.


D.  Bagaimana Cara Nabi Menerima Al-Qur’an?
Nabi Muhammad menerima Al-Qur’an dengan perantaraan Malaikat Jibril, sedangkan Malaikat Jibril menerimanya dari Allah Tuhan Yang Maha Agung. Jibril Al-Amin tugasnya menyampaikan Kalam Allah dan menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW dan mengajarkannya kepadanya, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan kepada umatnya. Allah memberi julukan kepada Jibril dengan Al-Amin (yang terpercaya) dalam menyampaikan wahyu, karena ia dapat menyampaikannya sebagaimana yang ia terima dari Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Q.S. At-Takwir: 19-21.
¼çm¯RÎ) ãAöqs)s9 5Aqßu 5OƒÌx. ÇÊÒÈ   ÏŒ >o§qè% yZÏã ÏŒ ĸöyèø9$# &ûüÅ3tB ÇËÉÈ   8í$sÜB §NrO &ûüÏBr& ÇËÊÈ  
19. Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
20. Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy,
21. Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.

Allah kembali menekankan julukan terhadap Jibril dengan firman-Nya dalam Q.S. Asy-Syu’ara: 193-194.
tAttR ÏmÎ/ ßyr9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ   4n?tã y7Î7ù=s% tbqä3tGÏ9 z`ÏB tûïÍÉZßJø9$# ÇÊÒÍÈ  
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,

Adapun yang dimaksud dengan hakikat kalam dan hakikat yang turun ialah kalamullah dan turunnya dari Rabbul Alamin (Pemelihara Semesta Alam). Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. An-Naml: 6.
y7¯RÎ)ur ¤)n=çGs9 šc#uäöà)ø9$# `ÏB ÷bà$©! AOŠÅ3ym AOŠÎ=tæ ÇÏÈ  
6. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al qur'an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.

Bila turun Al-Qur’an, Rasulullah SAW mengalami kesulitan. Beliau berusaha mengonsentrasikan pikirannya untuk menghafalnya. Beliau sering mengulang bacaan ayat Al-Qur’an bersama Jibril karena merasa khawatir apabila ada yang terlupa (hilang). Allah SWT memerintahkan Nabi agar mendengarkan baik-baik apabila Jibril membacakannya. Ia menenteramkan hatinya bahwa Allah SWT akan menjamin agar Al-Qur’an terpelihara dalam hatinya. Karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak perlu tergesa-gesa dalam membaca dan ia tidak memaksakan diri dalam menerimanya. Firman Allah SWT dalam Q.S. Taha: 114.
n?»yètGsù ª!$# à7Î=yJø9$# ,ysø9$# 3 Ÿwur ö@yf÷ès? Èb#uäöà)ø9$$Î/ `ÏB È@ö6s% br& #Ó|Óø)ムšøs9Î) ¼çmãômur ( @è%ur Éb>§ ÎT÷ŠÎ $VJù=Ïã ÇÊÊÍÈ  
114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."

[946] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.

Adapun jaminan Allah SWT atas terpeliharanya Al-Qur’an terdapat dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Qiyamah: 16-19.
Ÿw õ8ÌhptéB ¾ÏmÎ/ y7tR$|¡Ï9 Ÿ@yf÷ètGÏ9 ÿ¾ÏmÎ/ ÇÊÏÈ   ¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ   #sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ   §NèO ¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmtR$uŠt/ ÇÊÒÈ  
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya[1532].
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.

[1532] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.

E.  Apakah Sunnah Nabawiyah itu Wahyu dari Allah?
Telah kita maklumi bahwa Al-Qur’anul Karim adalah Kalam Allah dalam arti bahwa lafaz dan maknanya dari Allah SWT di dalamnya tidak ada masukan sesuatu pun, baik dari Jibril maupun dari Muhammad SAW keduanya hanya sekedar menyampaikan dari Allah SWT. Adapun sunnah Nabi Muhammad SAWmerupakan wahyu dari Allah pula, namun lafaznya dari Nabi Muhammad SAW sedangkan maknanya dari Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam Q.S. An-Najm: 3-4.
$tBur ß,ÏÜZtƒ Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ   ÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ    
3. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Sayembara Ahmad Wahib 2012

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail